Asal Usul Dusun Beron Desa Punggulrejo Kecamatan Rengel
Sejarah asal usul Dusun Beron Desa Punggulrejo sejak dulu nama Beron adalah singkatan dari " Sumbere Sak Ngaron" yang artinya sumber airnya banyak gak akan habis jadi inilah ceritanya pada zaman dahulu para penduduk dusun beron mengalami kekeringan air yang bersih dan masyarakat berusaha untuk mencari aliran mata air untuk menjadikan sumber bagi kehidupan di dusun tersebut. Awal mulanya adalah ada seorang Kyai Madyani Ishak dimakamkan di pemakaman keluarga Nglaren, Rengel, Tuban (sebelah barat Pondok Pesantren Darus- sholih).Cerita rakyat Tuban yang sampai saat ini masih dikenal masyarakat adalah kisah kepahlawanan Kyai Madyani Ishak ketika berhasil membinasakan uling putih (sejenis belut sangat besar berwarna putih) di Sendang Beron, Rengel, Tuban.Sendang Beron dulunya berusaha untuk dijadikan waduk oleh orang-orang belanda sehingga dapat bermanfaat bagi pertanian. Namun, usaha itu gagal karena tanggul yang dibangun selalu jebol. Penyebab jebolnya tanggul itu akhirnya diketahui bahwa seekor uling putih-lah pelakunya.Semua usaha telah dilakukan oleh Belanda untuk membinasakan uling putih tersebut.Namun, usaha itu sia-sia.
Belanda akhirnya mengadakan sayembara untuk membinasakan uling putih.Kyai Madyani Ishak, putra kelahiran Tuban merasa terpanggil dengan pertimbangan bahwa fungsi bendungan itu akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Kyai Madyani Ishak bersedia untuk mengikuti sayembara.Syaratnya, beliau minta disediakan satu rakit (dua ekor) kerbau untuk menarik uling putih itu dari dasar Sendang Beron.Setelah berdoa, dengan segenap ilmu yang dimiliki, Kyai Madyani bertarung melawan uling putih.Akhirnya, uling putih itu berhasil dibinasakan. Uling putih kemudian ditali dan ditarik dengan satu rakit kerbau yang telah disiapkan. Bangkai uling putih yang berhasil ditarik dari dasar sendang kemudian dikubur di tiga tempat yang berbeda.Atas keberhasilannya, Kyai Madyani Ishak mendapatkan sebidang tanah di Santren, Rengel, Tuban.
Pertanyaannya, apakah Kyai Madyani Ishak itu hanya sekedar tokoh fiksi ataukah beliau memang hidup dan berkiprah di dunia nyata? Na’im (1992) menyatakan bahwa figur Kyai Madyani Ishak memang merupakan fakta.Hal tersebut dapat dibaca dari pohon silsilah (bertulis huruf Arab) yang ditulisnya.Kyai Madyani Ishak merupakan menantu dari Kyai Harun (Kyai Sholeh Awwal bin Kyai Qomaruddin) dari Sampurnan, Bungah, Gresik.
Salah satu keturunan yang masih menyimpan silsilah tersebut adalah M. Asyaddul Ghufron Zamroni bin Ahmad Zaenal Muslim Al Mukhtar, warga Desa Rengel, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Ketika menjadi santri, tanda-tanda keistimewaan yang dimiliki oleh Kyai Madyani Ishak sudah diketahui oleh gurunya yaitu Kyai Harun.Oleh karena itu, Kyai Madyani Ishak kemudian diambil menantu oleh Kyai Harun. Beliau dijodohkan dengan putri ke-4 Kyai Harun bernama Rosiyah.
Mengenai kapan Kyai Madyani Ishak hidup dan berjuang di jalan Allah, hal ini dapat dirunut dari kitab-kitab tulisan tangan berhuruf Arab yang diwariskannya.M.Asyaddul Ghufron Zamroni masih menyimpan enam kitab peninggalan beliau.Kitab yang bersampul kulit itu berisi tasyawuf, fiqih, dan taukhid.Sekilas, isi kitab-kitab tersebut dapat diprediksi sebagai ilmu hasil mengaji di Sampurnan, Bungah, Gresik yang ditulis tangan bertahun-tahun kemudian dibukukan.
Ketika itu, Belanda masih menguasai tanah air.Tuban pada masa itu merupakan wilayah kekuasaan Mataram.Hal ini sebagaimana pendapat Sedyawati,meskipun masih merupakan daerah kekuasaan Mataram, namun pada tahun 1746 Gubernur Jenderal Imhoff menempatkan Tuban di bawah Rembang. Ketika Deandels berkuasa (1808) Tuban menjadi onderprefect Gresik, kemudian dikembalikan Raftles pada Rembang ketika Inggris menguasai kepulauan Nusantara.
Dan pada akhirnya sendang beron ini dijadikan untuk aliran sumber mata air bagi masyarakat dusun Beron yang berada di Desa Punggulrejo, Kecamatan Rengel sangat bermanfaat bagi warga sekitar yang dilewati alirannya.
Sumber air nan jernih, segar dan melimpah itu banyak dimanfaatkan petani untuk mengolah ladang yang ditanami padi, juga masyarakat sekitar untuk sekadar mandi sore ketika pulang dari sawah.
Sementara itu, saat mengolah sawah yang akan ditanami padi kembali juga merasa diuntungkan oleh adanya aliran air Sendang Beron yang melimpah.
Sawah miliknya tak pernah kekurangan air. Saat air dibutuhkan untuk mengaliri padi, dia hanya perlu menaikkan air dari irigasi ke sawahnya.
By:Nurfitria Anggraeni 19
Komentar
Posting Komentar